Showing posts with label Islami. Show all posts
Showing posts with label Islami. Show all posts

Monday, May 26, 2014

Pengalaman Berharga di Mangga Dua

Ceritanya tanggal 17 mei 2014, waktu saya di manggadua mall jakarta, sama pak Yayat Ruhiyat, pak handiman dan mang sadim, keliling2 cari enterkomputer, tibalah waktu sholat duhur, sebelumnya kami makan di lantai 5 dan selesai makan, bertanyalah saya sama bibi warung, "Bi, musholla ada dimana ya" dan si bibi tukang warung menjawab, "Bapak turun ke lantai 4 pak, terus ke arah lift, di samping lift ada toilet, bpk terus aja lurus sampe ketemu jalan keluar belok aja ke kiri, musholla nya da di tempat parkir", makasih Bu
Agak sulit juga mau ke musholla, sebab mata kami tertarik ke kanan kiri oleh barang2 elektronik yang ada di lantai empat.
Sampe di musholla saya lepas sepatu, taro sepatu di rak, trus ikut antri ambil air wudlu, karena ada karpet dari pintu musholla ke tempat wudlu saya antri telanjang kaki, tapi salah satu anak muda dari yang ngantri menegur saya "Pak pinjem sendal aja, takut ada najis," saya jawab "oh ya makasih" dan saya ikutin, balik lagi ke pintu pake sendal jepit yang ada disitu, kebetulan yang saya pake ada tulisan musholla nya, jadi saya gak pake punya orang lain tanpa ijin, lain halnya sama pa yayat, saya lihat beliau pake sendal agak bagus mirip2 merek eger lah dan kayaknya ga ada tulisan musholla nya :D
Beres ambil air wudlu saya kembali ke musholla, di dalam masih ada yang sholat, 3 makmum 1 imam masih ada di saf depan, yang di belakang ada yang masbuk, dan ada juga yang sholat sendiri. Trus di saf ke dua saya lihat ada yang kosong. Kebiasaan saya kalo ada tempat kosong, dan ini musholla di tempat umum saya langsung sholat sendiri. Gak peduli sama berjamaah, toh yang lain juga mikir sama. Eh ternyata, ada lagi anak muda yang narik saya dari belakang, dan ia bilang "Pak nanti, berjamaah" sambil nunjuk ke arah  sajadah yang masih dipake sama imam sebelumnya yang masih tartib dan doa selepas sholat.
Beres yang di depan, dan saf pertama sudah kosong tapi saf kedua masih ada yang sholat, lagi-lagi kebiasaan lama saya langsung isi saf pertama yang kosong, tapi pas saya lihat di belakang, beberapa orang anak muda termasuk didalamnya yang menarik saya masih tetap di pintu, gak ada yang ikut ngisi saf yang udah kosong. saya melihat ke arah mereka dan salah satu yang berdiri, anak muda juga yang punya kulit paling hitam menunjuk ke saf kedua yang masih ada 3 orang kalo gak salah masih sholat. Malu saya, sudah tua tapi masih begini, banyak gak faham ilmu agama, waduuuh. Lepas itu kami sholat berjamaah, setelah saf kedua kosong. Dalam sholat saya terus kepikiran 3 peristiwa tadi.
Subhanalloh, jadi kepikiran omongan kang Cece Gyfar, sama saya "sekarang mah sufi itu banyaknya di kota besar kang" yang pasti jakarta juga kota besar, dari peristiwa itu makin tahu saya bahwa orang beriman itu yang pasti gak bisa dilihat dari kulit, diri mereka cuma Alloh yang tahu, makin tahu saya kalo saya ini gak ada apa-apanya, dan mungkin juga belum punya bekal buat "menghadap", kalo bekal dosa mah udah numpuk mungkin, mudah2an di ampuni, yang pasti pelajaran berharga, pantesan lagu iwan fals yang cerita gunung merapi meletus yang syairnya begini
"Hey Tuhan katanya engkau maha bijaksana, tolong pindahkan merapi ke kota, tempat segala macam dosa"
Hanya Alloh lah yang tau, Wallahu a'lam....

Saturday, August 18, 2012

Tadz khutbah dulu atau shalat dulu pada hari raya Fitri?

Sebetulnya ini adalah pertanyaan saya pribadi kepada pak Ustadz, tetapi saya belum sempat berdialog dengan pak ustadznya, kemudian saya temukan dalam buku Ringkasan Shahih Bukhari, dan saya postingkan haditsnya, mudah-mudahan ada yang lebih tahu tentang ini, dan sangat saya persilahkan memberi penjelasan lebih lanjut ataupun memberi komentar, monggo..


Abu Sa'id al-Khudri berkata, "Rasulullah keluar pada hari raya Fitri dan hari raya Adha ke mushalla, yang pertama-tama beliau lakukan adalah shalat. Kemudian beliau berdiri dan menghadap manusia, dan manusia duduk di shaf-shaf mereka masing-masing. Beliau memberi nasihat, wasiat dan perintah kepada mereka. Jika beliau mau menetapkan utusan, maka beliau mengutusnya; atau menyuruh sesuatu, maka beliau menyuruhnya, kemudian beliau pergi."
Abu Sa'id berkata, "Orang-orang senantiasa berbuat demikian itu. Sehingga saya keluar bersama Marwan, Gubernur Madinah, pada hari raya Adha atau Fitri. Ketika kami sampai di mushalla, ternyata disana ada mimbar yang dibuat Katsir bin Shalt. Tiba-tiba Marwan mau naik mimbar sebelum shalat, maka saya menarik pakaiannya. Tetapi, ia menarikku, lantas ia naik dan berkhutbah sebelum shalat, Maka, saya katakan kepadanya, 'Demi Allah kamu telah mengubah.' Ia berkata, 'Wahai Abu Sa'id. Apa yang kamu ketahui telah ketinggalan (usang).' Saya berkata kepadanya. 'Demi Allah, apa yang saya ketahui lebih baik daripada apa yang tidak saya ketahui.' Lalu ia (Marwan) melanjutkan perkataannya, 'Sesungguhnya orang-orang tidak lagi mau duduk bersama-sama kita sesudah shalat, maka saya jadikan khutbah itu sebelum shalat.'" (HR. Bukhari)

Friday, August 17, 2012

Insya'Allah

Bagi seorang muslim yang awam seperti saya, terkadang mengucapkan insya Allah sangatlah mudah, misalnya saja untuk menyatakan saya akan melakukan sesuatu, atau datang pada suatu tempat atau kepada seseorang yang kesemuanya bisa dikatakan sebuah janji terhadap orang lain, walaupun sering pada akhirnya saya tidak berusaha dengan spenuh hati untuk melaksanakan janji tersebut. Tapi tahukah kita bahwa ucapan "Insya Allah" sendiri mempunyai makna dan sejarah yang sangat penting dan berharga bagi seorang muslim?



Sekedar membagi pengetahuan, saya membaca sejarah dari Asbabun Nuzul Al Qur'an Surat Al-Kahf : 6, 9, 23 - 25







Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karen bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (al-Quran) (Q.S. 18.Al-Kahf : 6)






Apakah kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan mempunyai raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan kami yang mengagumkan? (Q.S. 18. Al-Kahf : 9)

Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi." (Q.S. Al Kahf : 23)





Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Rabb-mu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Rabb-ku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini." (Q.S. 18. Al-Kahf : 24)





Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).    (Q.S. 18. Al-Kahf : 25)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy mengutus an-Nadlr bin al-Harits dan 'Uqbah bin Abi Mu'aith untuk bertanya tentang kenabian Muhammad, dengan jalan menceritakan sifat-sifat Muhammad dan segala sesuatu yang di ucapkan olehnya, kepada pendeta-pendeta Yahudi di Madinah. Orang-orang Quraisy menganggap bahwa pendeta-pendeta itu mempunyai keahlian dalam memahami kitab yang diturunkan lebih dahulu dan mempunyai pengetahuan tentang tanda-tanda kenabian yang orang Quraisy tidak mengetahuinya. Maka berangkatlah kedua utusan tadi ke Madinah dan bertanya kepada pendeta-pendeta Yahudi itu sesuai dengan apa yang diharapkan kaum Quraisy. Berkatalah pendeta itu kepada utusan Quraisy: "Tanyakanlah olehmu kepada Muhammad tentang tiga hal. Jika ia dapat menjawabnya, maka ia Nabi yang diutus. Akan tetapi jika ia tak dapat menjawabnya, maka ia hanyalah orang yang mengaku-aku jadi nabi. Pertama tanyakanlah kepadanya tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi pada mereka, karena cerita tentang pemuda ini sangat menarik. Kedua, tanyakanlah kepadanya tentang seorang pengembara yang sampai ke masyrik dan magrib dan apa pula yang terjadi padanya. Dan ketiga, tanyakan pula kepadanya tentang ruh." Maka pulanglah kedua utusan tadi kepada kaum Quraisy dan berkata: "Kami datang membawa sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menentukan sikap antara tuan-tuan dan Muhammad." Mereka pun berangkat menghadap Rasulullah saw. dan menanyakan ketiga persoalan tersebut. Rasulullah saw. bersabda: "Aku akan menjawabnya tentang hal-hal yang kamu tanyakan itu" (tanpa menyebutkan Insya Allah). Maka pulanglah mereka semuanya.
Rasulullah saw, menunggu-nunggu wahyu sampai lima belas malam lamanya. Namun Jibril tidak kunjung datang kepadanya. Hal ini membuat orang-orang mekah goyah dan beliau merasa sedih karenanya. Beliau tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada kaum Quraisy. Pada suatu ketika datanglah Jibril membawa surah al-kahf yang didalamnya menegur Nabi saw. atas kesedihannya karena perbuatan mereka (Q.S. 18. Al-Kahf : 6); menerangkan apa-apa yang mereka tanyakan tentang pemuda-pemuda yang bepergian (Q.S. 18. Al-Kahf : 9 - 26); tentang seorang pengembara (Q.S. 18. Al-Kahf : 83 - 101); serta firman Allah tentang ruh (Q.S. 18. Al-kahf : 85).

Dari Asbabun Nuzul di atas jelas bahwa pada Q.S. 18. Al-Kahf : 24 merupakan teguran bagi Nabi saw. Jika kita renungkan bahwa Rasulullah saw. sendiri ditegur ketika menjanjikan sesuatu tanpa mengucap Insya Allah, apalagi kita selaku ummat beliau terutama saya pribadi yang banyak sekali dosa dan kesalahannya. Namun jangan pula kalimat Insya Allah menjadi tameng untuk tidak berusaha sekuat tenaga bagi kita melaksanakan janji.

Mudah-mudahan apa yang saya tulis ini bermanfaat bagi saya pribadi untuk selalu mengingat pelajaran ini, dan kita semua untuk selalu memperbaiki diri, saya mohon maaf, bukan maksud saya untuk menggurui, hanya sekedar berbagi, terimaksih telah membaca artikel ini. Salam hangat saya bagi anda semua, semoga kita selalu mendapat hidayah... amin.